Langsung ke konten utama

Museum PETA Punya Cerita

 

Museum PETA Bogor (Foto: WISATA INDONESIA)

Tempat wisata bersejarah lain yang ada di Bogor adalah Museum PETA. Sebelum menjadi museum, Museum PETA awalnya adalah tempat tinggal para pengawal gubernur jenderal di masa kolonial Belanda, yang kemudian saat masa pendudukan Jepang dijadikan sebagai tempat mencetak para tentara PETA. Bagaimana perjalanan tempat ini hingga bisa menjadi museum seperti sekarang?

Museum PETA adalah salah satu tempat wisata sejarah yang berlokasi di Jalan Jenderal Sudirman No 35 Bogor. Selain karena di dalamnya terdapat benda-benda dan penjelasan mengenai peristiwa besejarah, Museum PETA juga dikatakan sebagai tempat wisata sejarah karena bangunannya sendiri memiliki sejarah yang panjang dari masa kolonial Belanda hingga sekarang.

Pada masa kolonial Belanda, banyak di antara pembesar Belanda dari Batavia yang mencari hunian peristirahatan (landhuis) di daerah Buitenzorg (kini Bogor) karena dianggap lebih sejuk dibanding Batavia yang sudah terlalu ramai dan panas. Salah satu yang mencarinya adalah Gubernur Jenderal Gustav Willhelm van Imhoff. Gubernur Jenderal van Imhoff awalnya menemukan lahan untuk dijadikan landhuis-nya di Kampoeng Baroe pada Agustus 1744, yang akhirnya ia bangun dan kini menjadi Istana Bogor. Seiring dengan dimulainya pembangunan landhuis-nya tersebut, dibangun pula lah tempat tinggal bagi para pengawalnya di tempat yang kini menjadi Museum PETA.

Bangunan tempat tinggal pengawal gubernur jenderal itu dibuat dengan bentuk memanjang seperti benteng. Pintu masuknya berbentuk lorong tinggi dan terdapat ruangan di kiri-kanannya yang memiliki jendela-jendela tinggi. Setelah VOC bubar, kompleks bangunan itu diambil alih oleh pemerintah Hindia Belanda dan dijadikan sebagai asrama bekas tentara batalyon KNIL ke-19.

Pada masa pendudukan Jepang, kompleks bangunan ini kembali dialih fungsikan sebagai tempat pelatihan tentara PETA (Pembela Tanah Air). PETA adalah pasukan tentara pribumi yang dibentuk oleh Jepang pada masa pendudukannya, tepatnya pada 3 Oktober 1943 berdasarkan maklumat Osamu Seirei No. 44. Letnan Jendral Kumakichi Harada kemudian mengumumkan maklumat tersebut dan membentuk PETA sebagai Tentara Sukarelawan. Setelah dibentuknya PETA, pada 15 Oktober 1943, akhirnya kompleks bekas tentara batalyon KNIL ke-19 ini mulai dipergunakan sebagai asrama dan tempat pelatihan bagi para tentara PETA.

Setelah Indonesia merdeka dan tentara PETA dibubarkan, barulah kompleks bangunan ini dibangun kembali menjadi museum. Rancangan pendirian museum PETA dimulai pada 14 November 1993 atas prakarsa dari YAPETA atau Yayasan Pembela Tanah Air untuk memberikan penghargaan kepada mantan Tentara PETA atas kontribusinya terhadap kemerdekaan Indonesia.

Pada 14 November 1993 jugalah peletakan batu pertama dilakukan oleh Bapak Umar Wirahadikusumah yang merupakan Wakil Presiden Republik Indonesia pada masa itu. Dibutuhkan waktu sekitar dua tahun untuk menyelesaikan pembangunan museum ini sebelum akhirnya diresmikan pada 18 Desember 1995 oleh Presiden Soeharto sebagai Museum PETA.

Kini Museum PETA menjadi salah satu objek wisata bernilai sejarah, karena di dalamnya, pengunjung bisa mengetahui sejarah, tokoh-tokoh, senjata yang digunakan tentara PETA, serta kegiatan-kegiatan tentara PETA. Gambaran tersebut diperlihatkan Museum PETA melalui tiga media display, di antaranya diorama yang berjumlah 14 buah, monumen dalam bentuk relief yang berjumlah 14 buah, serta koleksi autentik berupa senjata, foto, dan lain-lain.

Salah satu diorama yang bisa dilihat di Museum PETA adalah diorama saat terjadinya kesepakatan tokoh-tokoh Bangsa Indonesia dalam mengupayakan berdirinya tentara PETA. Selain diorama tersebut, masih banyak lagi diorama yang bisa dilihat dan membuat pengunjung seolah-olah sedang menyaksikan kejadian di masa lalu.

Relief yang ada di Museum PETA (Foto: tempatwisata.pro)

Di Museum PETA juga terdapat relief yang terpahat indah di kanan dan kiri lorong museum. Pada relief tersebut, terdapat gambar mantan anggota PETA yaitu Supriadi, Soeharto, Sudirman, dan para tokoh PETA lainnya, gambaran kegiatan perekrutan dan pelatihan tentara PETA, serta tokoh Daidan (Batalion) PETA Blitar dan Magelang.

Museum PETA juga menyimpan koleksi senjata-senjata yang pernah digunakan oleh tentara PETA dalam pertempuran mempertahankan kemerdekaan Indonesia pada masanya.

Lengkap sekali bukan? Museum PETA mengajak pengunjung untuk menyaksikan kembali peristiwa-peristiwa sejarah di Indonesia terutama yang berkaitan dengan kemiliteran. Untuk mengunjungi Museum PETA, tidak diperlukan kocek satu peser pun alias gratis. Untuk jam operasionalnya, Museum PETA buka dari hari Senin Jumat pukul 08.00-14.30 WIB dan tutup untuk hari Sabtu, Minggu serta hari libur lainnya.

 

 

https://historia.id/politik/articles/cerita-dari-museum-peta-DnE0B/page/5

https://www.tempatwisata.pro/wisata/Museum-PETA

 

 

Komentar